Warisan Ilmiah dan Spiritual: Tradisi Pengobatan Sakral Masyarakat Dayak Golik
Di perbatasan Indonesia-Malaysia, khususnya di wilayah
Beduai, Entikong, dan Sekayam di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat,
masyarakat Dayak Golik secara unik mempertahankan tradisi pengobatan berbasis
tanaman hutan. Riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan
Komunitas dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap praktik ini
masih sangat kuat, meski akses terhadap layanan kesehatan modern terbatas .
Dalam riset tahun pertama, tim peneliti berhasil mencatat
penggunaan sebanyak 82 jenis tanaman obat dan 38 tumbuhan rempah, terutama
dalam menjaga kesehatan reproduksi perempuan. Selain jahe, kencur, lengkuas,
sirih, kemiri, dan kunyit, masyarakat Dayak Golik juga memanfaatkan dedaunan
lokal sebagai bahan ramuan yang dapat dikonsumsi, dioleskan, atau digunakan
sebagai campuran air mandi .
Karakter utama dari pengobatan tradisional ini bukan hanya
terletak pada khasiat herbalnya, tetapi juga pada komponen spiritual yang
mendalam. Pengetahuan ini tidak diwariskan melalui pendidikan formal atau
dokumentasi ilmiah, melainkan melalui ilham atau mimpi. Hanya individu tertentu
yang mendapat ilham tersebut dan karenanya dapat mewarisi pengetahuan sakral
ini. Sistem pewarisannya sangat tertutup dan dilakukan secara lisan .
Observasi ini menimbulkan urgensi mendokumentasikan tradisi
pengobatan tersebut sebelum hilang akibat arus modernisasi. Peneliti dari BRIN
khawatir generasi muda kini kurang tertarik pada warisan budaya ini, sehingga
penting untuk segera mengambil langkah pelestarian secara ilmiah .
Melalui penelitian ini, BRIN berharap dapat mendukung
pelestarian warisan lokal yang selama ini sering terabaikan. Riset ini juga
membuka peluang kolaborasi lintas disiplin, seperti bahasa, botani, farmasi,
dan antropologi. Tujuannya agar etnomedisin Dayak Golik tidak hanya menjadi
sejarah, tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam konteks kesehatan
masa depan Indonesia .