Ketimpangan Statistik dan Realitas: LPEM FEB UI Soroti Dampak Data Kosmetik terhadap Demonstrasi Masyarakat
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengkritik penggunaan angka
statistik ekonomi oleh pemerintah yang dianggap tidak mencerminkan kondisi
nyata masyarakat. Menurut LPEM, data statistik tersebut hanya menjadi
"kosmetik" yang tidak menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari
rakyat. Kritik ini muncul sebagai respons terhadap demonstrasi besar yang
terjadi pada akhir Agustus 2025.
Peneliti Senior LPEM FEB UI, Teguh Dartanto, menyatakan
bahwa ketidaksesuaian antara angka statistik dan pengalaman masyarakat dapat
memicu ketidakpuasan yang berujung pada aksi protes. Ia mencontohkan penurunan
angka pengangguran yang diumumkan pemerintah, yang menurutnya tidak
mencerminkan kenyataan di lapangan. Meskipun angka pengangguran menurun, banyak
pekerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa bekerja di
sektor informal, seperti menjadi pengemudi ojek daring, karena tidak adanya sistem
jaminan sosial yang memadai.
Selain itu, LPEM juga menyoroti data kemiskinan yang
menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin secara nasional. Namun, ketika
diperinci, angka kemiskinan di perkotaan justru meningkat. Hal ini menunjukkan
adanya ketimpangan antara data makro dan kondisi mikro yang dialami masyarakat.
Lebih lanjut, LPEM mencatat adanya penurunan jumlah kelas
menengah di Indonesia. Pada tahun 2014, sekitar 45,8% penduduk Indonesia masuk
dalam kategori calon kelas menengah, namun pada tahun 2023, jumlah tersebut
menurun menjadi 53,4%. Penurunan ini menunjukkan adanya kemunduran dalam
mobilitas sosial dan melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah.
Teguh Dartanto menegaskan bahwa ketidakselarasan antara data
statistik dan realitas yang dirasakan masyarakat dapat memicu ketidakpuasan
yang berujung pada demonstrasi. Ia menyarankan agar pemerintah lebih
memperhatikan kondisi riil masyarakat dan tidak hanya mengandalkan angka
statistik sebagai indikator keberhasilan.
Dalam konteks ini, LPEM FEB UI menekankan pentingnya
transparansi dan akuntabilitas dalam penyajian data statistik. Penyajian data
yang akurat dan mencerminkan kondisi nyata akan membantu pemerintah dalam
merumuskan kebijakan yang tepat sasaran dan efektif. Selain itu, penting juga
untuk memperkuat sistem jaminan sosial agar masyarakat yang terdampak PHK atau
kesulitan ekonomi lainnya mendapatkan perlindungan yang memadai.
Kritik yang disampaikan oleh LPEM FEB UI ini diharapkan
dapat menjadi bahan refleksi bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan yang
lebih responsif terhadap kebutuhan dan realitas masyarakat. Dengan demikian,
diharapkan dapat tercipta kesejahteraan yang merata dan berkelanjutan bagi
seluruh lapisan masyarakat Indonesia.