Mantan Menteri Keuangan Indonesia Jadi Peneliti dan Pengajar di Harvard
Dunia akademik kembali menorehkan kabar membanggakan dari Indonesia. Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Muhamad Chatib Basri, resmi bergabung sebagai peneliti sekaligus pengajar di Harvard University, tepatnya di Harvard Center for International Development (CID). Kehadiran ekonom senior ini menambah daftar panjang tokoh bangsa yang diakui keilmuannya oleh institusi pendidikan bergengsi dunia.
Dalam unggahan media sosial pribadinya, Chatib mengungkapkan
rasa syukur sekaligus kerendahan hati. Ia menyebut kembali ke Harvard setelah
sepuluh tahun, kini dengan peran baru sebagai visiting scholar. Selama
satu tahun ke depan, ia akan meneliti, menulis, mengajar, sekaligus belajar.
Dengan nada rendah hati, ia menegaskan bahwa dirinya masih merasa “belum
selesai juga bodohnya”, sebuah pengakuan jujur yang memperlihatkan betapa besar
semangat belajar yang dimilikinya meski telah mencapai puncak karier.
Jejak Akademik yang Mendunia
Bagi dunia akademis internasional, nama Chatib Basri
bukanlah sosok asing. Ia memiliki kepakaran di bidang perdagangan
internasional, ekonomi makro, dan ekonomi politik.
Publikasinya tersebar di berbagai jurnal bergengsi, mulai dari American
Economic Review, Oxford Review of Economic Policy, The World
Economy, hingga Bulletin of Indonesian Economic Studies.
Selain di Harvard, ia juga pernah didapuk sebagai pembicara
di berbagai forum internasional. Chatib tercatat aktif di Harvard
Ministerial Leadership Forum dan juga terlibat dalam Program Eksekutif
Kebijakan dan Administrasi Perpajakan Komparatif di Harvard Kennedy School.
Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi Pacific Leadership Fellow di
University of California San Diego, Profesor NTUC di Nanyang
Technological University Singapura, serta Profesor Tamu Thee Kian Wie di
Australian National University.
Pengakuan atas kiprah akademisnya makin kuat ketika pada
tahun 2024, Chatib menerima penghargaan bergengsi sebagai IEA Fellow
dari International Economic Association. Penghargaan ini diberikan atas
kontribusinya yang signifikan di bidang penelitian, penulisan, dan perumusan
kebijakan ekonomi.
Dari Jakarta ke Panggung Dunia
Chatib Basri lahir di Jakarta pada 22 Agustus 1965. Ia
menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian
melanjutkan studi S2 dan S3 di Australian National University. Latar
belakang akademis yang kokoh ini menjadi pondasi karier panjangnya, baik di
dunia akademik maupun pemerintahan.
Dalam ranah pemerintahan, Chatib sempat menjabat sebagai
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2012–2013, lalu dipercaya
menjadi Menteri Keuangan pada 2013 hingga 2014. Sebelumnya, ia juga berperan
sebagai penasihat, deputi, hingga sherpa untuk forum G-20 pada periode
2006–2012.
Tak berhenti di situ, ia juga aktif menjadi pengurus dan
penasihat di berbagai perusahaan besar seperti Astra International, Indika
Energy, dan Axiata Group. Di tingkat global, ia kerap diminta menjadi konsultan
oleh lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, OECD, hingga Asian
Development Bank.
Pada November 2024, pemerintah Indonesia kembali
mempercayakan peran penting kepadanya dengan menunjuknya sebagai anggota Dewan
Ekonomi Nasional (DEN). Keberadaan Chatib di dewan ini diharapkan mampu
memperkaya perspektif kebijakan ekonomi Indonesia dengan pengalaman
internasional yang ia miliki.
Arti Penting Kembalinya ke Harvard
Kembalinya Chatib Basri ke Harvard bukan hanya sekadar
pencapaian pribadi, tetapi juga membawa pesan besar bagi dunia pendidikan dan
kebijakan publik Indonesia. Peran yang ia emban di kampus bergengsi dunia ini
akan memberikan ruang untuk menyampaikan pandangan, riset, serta pengalaman
praktisnya kepada audiens global.
Dengan posisinya sebagai peneliti dan pengajar, Chatib akan
berkontribusi pada pengembangan pengetahuan lintas negara, khususnya dalam
isu-isu yang relevan bagi negara berkembang. Bagi Indonesia, hal ini tentu
menjadi kebanggaan sekaligus peluang untuk memperkuat jejaring akademis di
kancah internasional.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Sikap rendah hati Chatib Basri ketika mengatakan dirinya
masih perlu terus belajar adalah pesan yang sangat relevan bagi generasi muda.
Bahwa sebesar apapun pencapaian yang kita raih, semangat belajar tidak boleh
berhenti. Dunia terus berubah, dan hanya dengan kerendahan hati untuk belajar
kita bisa tetap relevan.
Kisah perjalanan Chatib Basri membuktikan bahwa ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kejujuran intelektual bisa membawa seorang anak
bangsa ke panggung dunia. Ia tidak hanya membanggakan Indonesia di tingkat
global, tetapi juga menjadi teladan bahwa integritas, kerja keras, dan semangat
belajar adalah kunci kesuksesan sejati.