Lanny/Tiwi Tersingkir di Babak Kedua Hong Kong Open: Sebuah Pelajaran Berharga
Pasangan ganda putri Indonesia, Lanny Tria Mayasari dan Ribka Sugiarto (Tiwi), harus mengakhiri perjuangan mereka di ajang Hong Kong Open 2025 lebih awal setelah tersingkir di babak kedua. Meski hasil ini tentu tidak sesuai harapan, keduanya menegaskan bahwa pengalaman yang mereka dapatkan dalam turnamen ini menjadi bekal penting untuk menghadapi kompetisi-kompetisi mendatang.
Pada laga babak kedua, Lanny/Tiwi berhadapan dengan pasangan
kuat asal Jepang yang saat ini menempati peringkat atas dunia. Sejak awal
pertandingan, tekanan tinggi sudah terasa. Lanny/Tiwi sempat menunjukkan
permainan agresif dengan serangan cepat dan pengembalian tajam, namun lawan
berhasil mematahkan ritme mereka dengan pertahanan solid dan reli panjang.
Alhasil, Lanny/Tiwi harus mengakui keunggulan lawan dalam dua gim langsung.
Dalam sesi wawancara setelah pertandingan, Lanny
menyampaikan bahwa mereka sudah berusaha memberikan yang terbaik, namun masih
banyak aspek yang harus diperbaiki. Ia menekankan bahwa kekompakan, komunikasi,
dan pengendalian emosi di lapangan menjadi tantangan utama yang perlu terus
diasah. Menurutnya, ketika menghadapi pasangan berpengalaman, ketenangan dalam
mengatur pola permainan sering kali menjadi penentu.
Tiwi menambahkan bahwa secara fisik mereka dalam kondisi
baik, tetapi secara mental masih perlu lebih siap dalam menghadapi tekanan.
“Saat reli panjang, kami sering terburu-buru ingin mematikan bola. Padahal
seharusnya lebih sabar membangun serangan,” ujarnya. Ia mengakui bahwa
kesempatan bertanding di ajang level dunia seperti Hong Kong Open sangat
berarti untuk mengukur sejauh mana kemampuan mereka saat ini.
Kekalahan ini memang menjadi pukulan, namun juga menjadi
cermin penting bagi perjalanan karier mereka. Di tengah persaingan ketat sektor
ganda putri dunia, setiap kekalahan menyimpan pelajaran berharga. Lanny/Tiwi
menegaskan bahwa mereka tidak akan larut dalam hasil buruk, melainkan
menjadikannya sebagai motivasi untuk bangkit. Mereka berkomitmen untuk
memperbaiki kekurangan, terutama dalam hal konsistensi permainan dan
pengambilan keputusan saat poin-poin kritis.
Pelatih ganda putri pelatnas PBSI juga memberikan evaluasi,
menyebut bahwa secara teknik Lanny/Tiwi memiliki potensi besar. Kombinasi
kekuatan serangan Lanny dan ketenangan Tiwi bisa menjadi senjata utama jika
diasah dengan baik. Namun, keduanya masih perlu banyak jam terbang untuk
membangun chemistry dan memahami pola permainan satu sama lain. Dalam ganda
putri, kerja sama yang solid adalah kunci, karena sekadar kemampuan individu
tidak cukup untuk menaklukkan pasangan-pasangan top dunia.
Dengan usia yang masih muda, perjalanan Lanny/Tiwi masih
panjang. Mereka memiliki waktu untuk berkembang dan mengumpulkan pengalaman
dari turnamen-turnamen internasional. Hong Kong Open menjadi salah satu batu
loncatan untuk mengukur kesiapan mereka menghadapi turnamen besar lainnya,
seperti French Open dan Denmark Open yang akan datang. Target jangka panjang
tentu adalah tampil konsisten dan bersaing di level elite dunia.
Dukungan dari para penggemar bulu tangkis Indonesia tetap
mengalir, bahkan setelah kekalahan ini. Banyak yang memuji semangat juang dan
kerja keras mereka di lapangan. Hal ini menjadi suntikan semangat tersendiri
bagi Lanny/Tiwi untuk tidak menyerah. Dalam dunia olahraga, kekalahan bukan
akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses menuju kemenangan yang lebih
besar.
Lanny/Tiwi pun menutup wawancara dengan janji akan kembali
lebih kuat. Mereka bertekad memperbaiki setiap aspek permainan melalui latihan
intensif, evaluasi rutin, dan meningkatkan kekompakan. Dengan tekad tersebut,
mereka berharap bisa tampil lebih matang dalam turnamen-turnamen berikutnya dan
membawa kebanggaan bagi Indonesia di kancah internasional.
