Kronologi Demo di DPR Berujung Driver Ojol Dilindas Rantis
Jakarta (jatimradar.com) – Aksi unjuk rasa yang digelar
oleh ribuan massa gabungan buruh, mahasiswa, hingga elemen masyarakat sipil
pada Kamis (28/8/2025) di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, berakhir
ricuh. Insiden tragis terjadi ketika sebuah kendaraan taktis (rantis) milik
Brimob Polri melindas seorang pengendara ojek online (ojol) yang berada di
lokasi.
Awal Aksi: Buruh Menyuarakan Tuntutan
Sejak
pagi hari, ribuan buruh yang tergabung dalam berbagai serikat pekerja sudah
memadati kawasan Senayan. Mereka menuntut penghapusan sistem kerja outsourcing,
kenaikan upah minimum tahun 2026, serta revisi kebijakan pajak yang dianggap
tidak berpihak pada pekerja.
Aksi ini
berjalan relatif tertib pada awalnya. Orasi dilakukan secara bergantian di atas
mobil komando. Poster dan spanduk dengan tulisan “Hapus Upah Murah” hingga
“Stop PHK Sepihak” mewarnai barisan massa.
Presiden
Partai Buruh, Said Iqbal, bahkan sempat hadir dan menegaskan bahwa aksi
tersebut konstitusional serta hanya berlangsung sampai siang hari. Namun,
setelah massa buruh mulai membubarkan diri, gelombang aksi justru diteruskan
oleh kelompok mahasiswa dan masyarakat umum yang turut datang ke lokasi.
Mahasiswa Ambil Alih, Situasi Memanas
Menjelang
sore, ratusan mahasiswa dari berbagai kampus mulai bergabung. Mereka menyoroti
isu yang lebih luas, termasuk desakan agar DPR segera mengesahkan RUU
Ketenagakerjaan tanpa konsep omnibus law serta RUU Perampasan Aset.
Suasana
mulai memanas ketika sebagian demonstran mencoba mendekati pagar gedung
parlemen. Aparat kepolisian dan Brimob yang berjaga di barikade mulai menambah
lapisan kawat berduri untuk menghalau massa. Lemparan botol air mineral dan gas
air mata sempat terjadi sebagai respons antara kedua pihak.
Kekuatan Pengamanan Super Ketat
Untuk
mengamankan kawasan parlemen, sebanyak 4.531 aparat gabungan dikerahkan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi,
menjelaskan bahwa jumlah personel terdiri dari:
- 2.174 personel Polda Metro
Jaya
- 1.725 personel Bawah Kendali
Operasi (BKO)
yang melibatkan TNI AD, Marinir TNI AL, Brimob Mabes Polri, Detasemen C,
Kodim Jakarta, Kogas Sabhara, Satpol PP, serta Dinas Perhubungan
- 632 personel dari Polres
jajaran
Barikade
aparat tampak berlapis-lapis dengan posisi kendaraan taktis (rantis), mobil
water cannon, hingga kawat berduri menutup akses utama menuju kompleks DPR/MPR
RI.
Puncak Ricuh: Ojol Jadi Korban Rantis
Ketegangan
mencapai puncak saat massa mencoba mendorong barikade menjelang petang. Dalam
situasi kacau, sebuah kendaraan taktis Brimob bergerak untuk mengurai
kerumunan.
Namun,
insiden memilukan terjadi: seorang driver ojek online yang berada di
sekitar lokasi justru terlindas rantis. Korban yang mengenakan jaket hijau khas
ojol sempat berusaha menghindar, tetapi tidak berhasil. Sejumlah saksi mata
menyebutkan bahwa korban bukan bagian dari massa aksi, melainkan sedang
melintas untuk mengantar pesanan pelanggan.
Teriakan
histeris dari massa membuat suasana semakin panik. Sejumlah demonstran langsung
memberikan pertolongan pertama sebelum korban dievakuasi oleh tim medis. Hingga
berita ini diturunkan, kondisi korban masih menunggu konfirmasi resmi dari
pihak rumah sakit dan kepolisian.
Reaksi Publik dan Desakan Investigasi
Insiden
ini langsung memicu gelombang reaksi dari masyarakat. Di media sosial, tagar #OjolDemiKeadilan
dan #TragediDPR28Agustus ramai diperbincangkan. Banyak pihak mendesak
agar peristiwa ini diusut secara transparan.
Aktivis
HAM menilai penggunaan kendaraan taktis di tengah kerumunan sipil harus
dievaluasi agar tidak memakan korban yang tidak bersalah. Beberapa anggota DPR
juga dikabarkan akan segera memanggil Kapolda Metro Jaya untuk meminta
penjelasan.
Penutup: Luka di Tengah Suara Rakyat
Aksi yang
awalnya ditujukan untuk memperjuangkan kesejahteraan buruh justru diwarnai
tragedi. Insiden ojol terlindas rantis menjadi pengingat bahwa pengelolaan aksi
massa harus mengedepankan prinsip keamanan tanpa mengorbankan nyawa warga
sipil.
Masyarakat
kini menunggu langkah cepat pemerintah, aparat kepolisian, dan lembaga negara
lainnya untuk mengusut insiden ini secara adil, sekaligus memastikan suara
rakyat tetap bisa disampaikan tanpa rasa takut.