Mutasi Pejabat Pemkab Jombang Disorot Publik, Tuntutan Transparansi Menguat
jatimradar.com - JOMBANG – Rencana mutasi besar-besaran pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang kini tengah menjadi sorotan publik. Isu yang berhembus menyebut Bupati Warsubi akan merombak susunan pejabat mulai dari eselon II hingga IV dalam waktu dekat.
Meski
mutasi adalah hal wajar dalam tata kelola Aparatur Sipil Negara (ASN), publik
menekankan agar langkah tersebut dijalankan secara transparan, objektif, dan
berbasis sistem merit, bukan karena kepentingan politik.
Akademisi: Mutasi Jadi Ujian Komitmen Bupati Warsubi
Akademisi
Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Majapahit (UNIM) Mojokerto, Dr. Ahmad
Hasan Afandi, M.Si., menilai mutasi kali ini akan menjadi ujian serius bagi
Bupati Warsubi. Menurutnya, mutasi harus dimaknai sebagai konsolidasi
profesionalisme ASN, bukan sekadar transaksi politik.
“Mutasi
hanya bermakna jika berbasis evaluasi kinerja yang jelas dan akuntabel. ASN
yang dipindah atau dipromosi harus memenuhi kompetensi, bukan karena faktor
loyalitas politik,” tegas Alumni Doktor Universitas Brawijaya itu, Rabu
(20/8/2025).
Hasan
juga menyebut adanya indikasi bahwa tiga kepala Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) strategis menjadi kandidat kuat untuk digeser. Faktor politik pasca
Pilkada pun diyakini ikut memengaruhi arah mutasi.
“Beberapa
pejabat dianggap terlalu dekat dengan kepemimpinan sebelumnya. Jika mutasi
dipakai sebagai alat politik, maka esensi pembenahan birokrasi akan hilang,”
tambahnya.
Kontroversi Pajak dan Sorotan ke Bapenda
Salah
satu sorotan publik tertuju pada Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda).
Kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dinilai tidak wajar menimbulkan
keresahan masyarakat Jombang.
“Apakah
Bupati Warsubi berani mengevaluasi pejabat yang mengeluarkan kebijakan tidak
populer? Publik menunggu bukti keberanian itu,” kata Hasan.
Menurutnya,
mutasi harus dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan
birokrasi bersih, efisien, dan melayani masyarakat. Jika hanya untuk bagi-bagi
jabatan, kata dia, justru akan melahirkan pembusukan birokrasi dari dalam.
Praktisi Hukum: Mutasi Harus Bebas dari Muatan Politik
Praktisi
hukum Syarahuddin SH, yang akrab disapa Bang Reza, juga menegaskan
pentingnya transparansi dalam mutasi. Menurutnya, tujuan mutasi seharusnya
adalah meningkatkan pelayanan publik, bukan memperkuat posisi politik kepala
daerah.
“Sering
kali ada kekhawatiran bahwa mutasi lebih didorong kepentingan politik atau
faktor personal. Transparansi sangat penting agar masyarakat tetap percaya,”
ujarnya.
Ia
menambahkan, mutasi tanpa dasar yang jelas bisa memengaruhi stabilitas OPD.
Pegawai yang terlalu sering dipindah tanpa mempertimbangkan keahlian bisa
kehilangan motivasi kerja, yang pada akhirnya berdampak pada pelayanan publik.
BKPSDM: Mutasi Tunggu Instruksi Bupati
Kepala
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Jombang, Bambang
Suntowo, menyebut mutasi sepenuhnya merupakan kewenangan bupati.
“Sesuai
aturan, kepala daerah baru bisa melakukan mutasi setelah enam bulan menjabat.
Jadi, Bupati Warsubi baru bisa melaksanakan mutasi setelah 20 Agustus 2025,”
jelasnya.
Data per
1 Agustus 2025 mencatat, terdapat 80 jabatan kosong di Pemkab Jombang,
mulai dari eselon II hingga IV. Setidaknya lima jabatan kepala dinas juga masih
belum terisi.
Warsubi Janji Mutasi untuk Penyegaran
Menanggapi
isu yang berkembang, Bupati Warsubi menegaskan bahwa mutasi dan rotasi
dilakukan sebagai bentuk penyegaran di internal birokrasi.
“Penyegaran
ini penting untuk meningkatkan semangat kerja ASN dan efektivitas pelayanan
publik,” ungkapnya.
Warsubi
menambahkan, mutasi bukan semata soal pergantian jabatan, tetapi bagian dari
strategi untuk memastikan pelayanan masyarakat semakin optimal.
Publik Harapkan Reformasi, Bukan Kompromi
Baik
akademisi maupun praktisi sepakat, mutasi kali ini menjadi momentum penting
bagi Pemkab Jombang. Jika dilakukan dengan prinsip good governance,
mutasi dapat menjadi pintu masuk reformasi birokrasi.
Namun,
bila hanya dijalankan sebagai kompromi politik, publik khawatir yang muncul
justru kekecewaan mendalam.
“Jangan
sampai mutasi jabatan berubah menjadi panggung dagang sapi. Rakyat Jombang
berhak atas birokrasi yang profesional dan bersih,” tegas Dr. Hasan.
Dengan
demikian, publik menunggu apakah Bupati Warsubi mampu menjawab ekspektasi
rakyat atau justru terjebak dalam pusaran kompromi politik.