Mulai 2027, Siswa Kelas 3 SD Wajib Belajar Bahasa Inggris: Pemerintah Siapkan Integrasi AI dan Coding di Kurikulum Baru
Malang, JatimRadar.com – Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan langkah besar dalam sistem pendidikan nasional. Mulai tahun 2027, pelajaran Bahasa Inggris akan diajarkan sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD) di seluruh Indonesia. Kebijakan ini tak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari transformasi pendidikan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan coding, yang akan diintegrasikan ke dalam kurikulum nasional.
Gebrakan
tersebut menjadi sorotan utama dalam Konferensi Internasional TEFLIN ke-71
yang digelar di Universitas Brawijaya (UB) Malang, pada 8–10 Oktober
2025 di Gedung Samantha Krida. Forum akademik tahunan itu mempertemukan
pakar pendidikan bahasa Inggris dari berbagai negara untuk membahas masa depan
pembelajaran di era digital.
Bahasa Inggris Masuk Kurikulum SD Mulai 2027
Menteri
Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menjelaskan bahwa mulai 2027
Bahasa Inggris akan resmi masuk kurikulum nasional untuk siswa kelas 3 SD.
“Kita
membutuhkan lebih banyak guru dengan kemampuan mengajar Bahasa Inggris. Tidak
hanya dari jurusan bahasa, tapi juga dari berbagai bidang yang akan mendapat
pelatihan khusus,” ujar Prof. Mu’ti dalam konferensi, Kamis (9/10/2025).
Ia
menegaskan, kebijakan ini tak sekadar soal penguasaan bahasa, tapi juga
kesiapan menghadapi dunia digital. Saat ini, beberapa sekolah sudah menerapkan mata
pelajaran pilihan coding dan AI sebagai bagian dari literasi digital.
“Kemampuan
guru memanfaatkan AI dalam pembelajaran menjadi bagian penting dari arah
pendidikan kita ke depan. Ini adalah realitas dunia digital,” tambahnya.
Dorong Pembelajaran Bermakna dan Menyenangkan
Langkah
pemerintah ini diarahkan untuk menciptakan proses belajar yang mindful
(penuh kesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful
(menyenangkan) dengan dukungan teknologi terkini.
Rektor
UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menyambut positif
kebijakan tersebut. Menurutnya, kemampuan berbahasa Inggris sejak dini akan
memperkuat posisi Indonesia di kancah global tanpa meninggalkan nilai-nilai
lokal.
“Kita
punya banyak kearifan lokal, tapi sering kali tidak tersampaikan ke dunia
karena keterbatasan bahasa. Langkah ini patut diapresiasi,” ujarnya.
UB juga
menyatakan siap mendukung implementasi kebijakan itu melalui kegiatan
pengabdian masyarakat dan peningkatan kompetensi guru.
“Kami
siap membantu program peningkatan kemampuan guru Bahasa Inggris di SD,”
tambahnya.
Tema TEFLIN 2025: Reimagining English in the Age of AI
Tahun
ini, Konferensi TEFLIN ke-71 mengusung tema “Reimagining English
Language Education in the Age of AI and Digital Transformation”. Acara
tersebut diikuti oleh 630 peserta dari 13 negara, termasuk Indonesia,
Malaysia, Jepang, India, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Ketua
Pelaksana, Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., menyebut tema ini dipilih
karena relevan dengan arah kebijakan pendidikan nasional dan tren global.
“Kita
ingin menggali manfaat dan tantangan penggunaan AI dalam pembelajaran, serta
bagaimana guru dapat memanfaatkannya untuk menumbuhkan kreativitas dan berpikir
kritis,” jelasnya.
Fakultas
Ilmu Budaya UB juga aktif menggelar webinar dan lokakarya tatap muka di
berbagai daerah guna memperkuat pemahaman guru terhadap pemanfaatan teknologi
AI di kelas.
“Kalau
hanya webinar, kadang pemahaman belum menyeluruh. Maka kami lakukan pertemuan
langsung agar lebih efektif,” imbuhnya.
Momentum Baru Pendidikan Indonesia
Konferensi
TEFLIN 2025 di UB menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan Indonesia.
Integrasi antara penguasaan bahasa, kecerdasan buatan, dan keterampilan
digital diharapkan mampu melahirkan generasi pelajar yang adaptif, kreatif,
dan siap bersaing di era global.